FAKTA JURNALIS.COM- Beasiswa didunia pendidikan semakin hari semakin banyak dan beragam. Kesempatan mendapatkannya pun turut terbuka lebar.
Namun, masih ada hal-hal yang perlu diketahui para calon pendaftar beasiswa agar mulus dalam setiap tahapan seleksi beasiswa. Hal ini dikemukakan Abdul Kahar, Kepala Pusat Pembiayaan Pendidikan Kemendikbudristek, yang disampaikan dalam webinar yang digelar Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan dalam Fellowship Jurnalisme Pendidikan 2021 Batch II, Rabu (18/8).
Abdul Kahar menyebutkan saja, beberapa beasiswa yang saat ini ditawarkan pemerintah. Mulai program Indonesia pintar untuk SMA/SMK/MA, Beasiswa Unggulan untuk Pegawai Dan Masyarakat Umum, beasiswa S2 dan S3 untuk dosen bekerjasama dengan lpdp, beasiswa S2 dan S3 untuk guru, beasiswa S2 dan S3 untuk pelaku budaya, beasiswa S3 untuk dosen LPTK buka kurung 2022, beasiswa LPDP, dan sponsor lain.
Sementara untuk di luar negeri, ada 10 sponsorship terkenal mulai dari beasiswa Fulbright, beasiswa erasmus (konsorsium 27 negara di Eropa), beasiswa DAAD, beasiswa Chevening, beasiswa Australia Awards, beasiswa Eiffel, beasiswa Gates Cambridge, beasiswa NFP atau Netherlands Fellowship Programmes, beasiswa Monbukagakusho, beasiswa Endeavour.
“Peluang banyak sekali untuk dapat beasiswa, hanya saja pengalaman saya 5 tahun mengelola LPDP, kelemahan anak-anaknya, adalah terkadang menyiapkan semua persyaratan secara instan. Ketika ada teman-temannya ingin kuliah mereka juga ingin kuliah, padahal kuliah S2, S3 harus persiapan matang, dan apalagi kuliah di luar negeri. Namanya beasiswa juga pasti kompetitif,” tambah Kohar.
Pertama, kandidat harus mencari beasiswa sesuai kebutuhannya. Karena beasiswa ada karakteristik masing-masing sesuai tujuan sponsorship. Untuk non lembaga harus dilihat visi misi lembaganya, karena ada kaitannya. “Ini yang tidak dipelajari teman-teman, karena kompetitif maka dengan sendirinya kita harus mempersiapkan diri baik akademik dan non akademik. Karena kompetensi di luar akademik juga menjadi poin penting bagi penerima beasiswa,” tambahnya.
Kemudian harus memilih mentor yang baik. Hal ini perlu dilakukan, terutama bagi peserta yang akan mengambil beasiswa S3. Kandidat harus mendapatkan mentor yang sesuai almamater alumninya, jadi perlu untuk memperkaya sebelum memilih sponsorship dan kampus tujuan.
“Kemudian harus memasukan lamaran lebih awal, karena kebanyakan orang-orang akan ditanya kapan berakhir sehingga mempersiapkan nanti saja, toh masih ada waktu, begitu berebut masuk sistem. Padahal sistem juga ada keterbatasan, resiko tinggi,” lanjutnya.
Kemudian untuk kandidat yang akan mencari beasiswa keluar negeri. Harusnya mempersiapkan diri minimal satu tahun, tidak bisa secara instan. Karena ada beberapa softskill yang harus di kuasai, persiapan, bahkan mengirimkan email juga harus dipelajari, banyak yang mengabaikan hal ini, padahal power full.
“Harus juga melihat jurusan yang akan tuju, jangan sampai memilih jurusan atau program studi yang justru penuh dengan anak Indonesia. Padahal salah satu tujuan belajar ke luar negeri adalah networking, bagaimana mau jejaring tapi sesama anak Indonesia, padahal tujuan ke luar negeri adalah penguatan jejaring,” tambahnya.
Kohar mengatakan, mencari prodi penting karena hampir prodi di luar negeri hampir sama, perbedaannya hanya satu dua kata saja. Tapi harus cermat, harus lihat kurikulum yang ditawarkan karena bisa stress, karena yang dicari buka itu.
“Yang terpenting kandidat doktoral kita ingin mencari Professor cocok paling tidak kita kenali dulu, paling tidak jurnalnya. Baca banyak jurnal , alur cerita, gagasan, jadi saat komunikasi kita angkat bisa kita tulis dan riset kan sama-sama dengan beliau. Daripada kita datang dengan tangan kosong itu akan sulit sekali,” lanjutnya.
Kohar menambahkan, beasiswa saat ini untuk pemerintah kita sangat besar peluangnya. Tinggal bagaimana masyarakat memanfaatkan dengan baik.
Sementara di PT Paragon Technology and Innovation, banyak beasiswa yang dapat dimanfaatkan baik guru, dosen, dan mahasiswa. Hal ini diungkapkan Hana Kusumawardhani, selaku Employer Branding Executive PT Paragon Technology and Innovation mengatakan Paragon sendiri memiliki banyak program CSR terkait dengan dunia pendidikan. Seperti dalam program educational leadership kampus program BERMAKNA.
Dimana didalamnya ada beberapa program seperti Paragon Internship Program, Paragon Master Class, Paragon Innovation fellowship, Paragon scholarship, Novo club dan Paragon inspiring lecture.
“Untuk Paragon scholarship program itu ada program pemberdayaan dan program prestasi serta tugas akhir. Program beasiswa untuk prestasi dan pemberdayaan ini untuk mendukung mahasiswa berprestasi dalam menjalankan pendidikan tinggi serta memberikan pendampingan yang intensif atau self development dan juga persiapan karir. Sementara untuk program inovasi itu untuk mahasiswa tingkat akhir untuk mendukung melakukan penelitian tugas akhir dan memberikan pendampingan intensif untuk persiapan karir,” ungkap Hana.
Selanjutnya ada Paragon master class, disini Paragon memberikan mata kuliah dengan banyak 20 SKS terkait dengan bidang-bidang yang menjadi kekuatan Paragon, sehingga menjadi perusahaan yang memimpin pasar kosmetik saat ini.
Terdapat dua program studi yaitu operasional excellent for innovative and purposeful business. Bagi mahasiswa yang mengambil kelas ini nantinya peserta dapat menerima basic manajemen dan leadership dalam dunia bisnis. Selanjutnya peserta akan memiliki keterampilan dalam menyusun strategi dan memberi saran eksekusi nya. Peserta dapat memahami supply chain management di perusahaan dan peserta akan memiliki kemampuan mengatur SDM dengan prinsip-prinsip manajemen sumber daya.
“Selanjutnya untuk program dengan materi product Innovation and marketing strategy in cosmetic industry. Jadi nantinya peserta dapat menerapkan basic manajemen dan leadership dalam dunia bisnis, peserta juga akan memahami cara berpikir intrapreneurship. Peserta juga dapat membuat ide inovasi produk dan strategi pemasaran yang didasarkan pada hasil riset ke konsumen. Serta peserta memahami aspek-aspek yang dibutuhkan dalam pembuatan ide inovasi produk dan strategi pemasaran di industri kosmetik,” lanjutnya.
Selanjutnya ada Paragon Innovation fellowship yang terdiri dari internship program, social education fellowship dan enterpreneur fellowship. Untuk internship program, terdapat 9 direktorat dengan 41 posisi yang dibuka untuk 72 mahasiswa yang dapat lolos. Internship program ini menggunakan metode project based learning.
“Untuk aktivitas yang akan didapat pada peserta magang berupa pengembangan soft skill, pengembangan hard skill, dan proyek assignment,” tambahnya.
Untuk social education fellowship nantinya peserta akan mempelajari riset dan perumusan masalah, proposal solusi, planning untuk eksekusi solusi dan memiliki visi dan parameter keberhasilan dari solusi.
“Untuk entrepreneur Fellowship, akan mendukung mahasiswa yang memiliki minat berwirausaha untuk dapat mengembangkan usahanya lebih dini dan terbimbing. Program ini juga mendukung akselerasi lulusan baru yang memiliki keinginan untuk memajukan bisnis yang telah dijalankan,” tandasnya.(Tim/Red)